Kakak atau kakek
Kakek itu galau
ia terlihat limbung
serasa hilang semua harmoni
diambil pena dan ia menulis puisi
tentang nenek yang tiada
sang kekasih hati
Kenangan itu terlalu dalam
tak mungkin hilang dari ingatan
walau aku semakin tua
setiap aku mengenangmu
seakan waktu kembali
saat aku berjalan bersamamu
saat itu kau sapa aku kakak
itu panggilan paling mesra dalam hidupku
Sejenak kakek terdiam
diusapnya air mata
yang sejak tadi mengalir perlahan
ia melanjutkan puisinya
Seakan aku kembali ke masa lalu
yang hanya sesaat kita bersama
kita telusuri pantai itu di saat senja
dan kau bertanya kakak akankah kita selalu bersama ?
atau kau akan segera pergi jauh ke seberang benua ?
aku saat itu berjanji kalaupun aku pergi jauh,
aku pasti kembali
Sayang maafkan aku
Aku pergi terlalu lama
Aku sempat melupakanmu
hingga aku rindu kembali
akan panggilan mu Kakak...
Sayang aku kembali bukan lagi kakak..
aku sudah tua dan menjadi seorang kakek
tapi aku rindu panggilann masa lalu
panggilan lembut kakak dari suaramu
Saat itu aku kembali
kau hanya menatapku dari balik jendela
terlalu lama kau telah menunggu
kau juga telah tua sepertiku
ku lihat kau bersama anak cucu
akan selalu ku ingat pesanmu di senja itu
Kakak aku kan selalu berdoa untukmu
Sayang.. aku kembali meninggalkanmu
cukuplah kutatap kau sesaat dari kejauhan
tak ingin ku ganggu waktu akhirmu
biar kau tenang bersama keluargamu
cukup untukku sebuah doamu
Dulu...
Tahun demi tahun berlalu
Kakek itu setia mengunjungi sebuah pusara
Selalu lama berdiam dan berdoa
Ia selalu ucapkan dengan linangan air mata
Sayang.. kakak datang untukmu
Jakarta, 13 Juli 2015
Benny B. Humusta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar